Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

My Wedding

Kombinasi Antara Kesadaran Peran dari Guru, Siswa dan Orang Tua dalam Pendidikan

Memutuskan untuk melanjutkan studi setelah lulus SMA menjadi hal yang membingungkan dulu. Harus memilih jurusan apa saat kuliah. Karena memang saat itu perencanaannya kurang baik. Malah cenderung hanya ikut-ikutan teman.

Setelah mendapat saran dari guru dan orang tua akhirnya ditentukan satu pilihan. Melanjutkan sekolah di fakultas keguruan. Berharap bisa menjadi seorang guru yang bahkan belum terbayang bagaimana cara menjalaninya.


Pertimbangan dari ibu yang merupakan pendapat berdasarkan pengalaman. Dimana ibu berprofesi sebagai seorang guru. Beliau bilang bahwa jika seorang perempuan akan lebih cocok berprofesi sebagai guru.

"Kalau menurut ibu, perempuan itu cocok jadi guru. Kenapa? Karena nanti saat berumah tangga. Saat tanggung jawabnya bertambah, yaitu anak dan suami akan lebih mudah membagi waktunya. Coba bayangkan, kalau profesi dibidang kesehatan. Anak kita sedang sakit, trus malam-malam ada pasien yang datang. Apa nggak sedih? Kalau guru kan kerjanya cuma setengah hari. Banyak liburnya juga. Misalnya anak sakit bisa izin tidak mengajar. Tapi murid tidak terlalu dirugikan dengan diberi tugas sebagai pengganti sementara."

Atas pemikiran simpel dari ibu akhirnya saya mantap dan akhirnya nyemplung juga ke fakultas keguruan. Pekerjaan mulia, kerja setengah hari, banyak libur, dan bisa mengurus anak dan suami (saat sudah berumah tangga).

Simpel banget. Bayangan saya dulu menjadi guru sangat mudah saja saat menjalani. Karena pekerjaan yang tidak perlu lembur.

Tapi setelah lulus dan benar-benar menjadi guru, rasanya tidak sesimpel ekspektasi awal. Guru yang sebelum mengajar sudah dipenuhi tuntutan seperangkat pembelajaran. Masih harus menghadapi murid-murid modernisasinya.

Guru mengajar siswa di sekolah
Mengajar siswa modernisasi

Bukti dari ketidak simpelan pengajar sudah banyak viral di pemberitaan online. Guru yang mencoba memberi hukuman pada murid demi kedisiplinan, kemudian masuk bui karena orang tua tidak terima.

Paling parah dan sedang heboh diberitakan adalah seorang guru yang meninggal setelah dianiaya muridnya sendiri. Miris dan teriris mengetahui orang yang satu profesi berakhir tragis dalam tugasnya.

Hormati gurumu sayangi teman. Itulah tandanya kau murid budiman
Kenyataan berkata lain dari pesan lirik lagu legenda anak-anak sepanjang masa itu. Guru budi harus gugur ditangan murid jagoannya. 

Apa sebenarnya yang salah dari semua yang terjadi? Apa guru memang sudah tak begitu penting lagi? Apa perlu ada mata kuliah bela diri di fakultas keguruan? Apa memang semua sudah bisa tanpa bantuan guru? Apa karena sekarang banyak yang "bisa" berkat dewa gadget dan malaikat internet?

Dari sekian kasus antara guru dan murid harusnya menjadi sebuah perenungan. Kenapa bisa sangat berubah antara dulu dan sekarang? Tak bisakah moral dan sopan santun tetap lestari di jiwa tiap generasi?

Guru harus instropeksi diri, sudah menyadari apa saja tanggungjawab dan apa saja kesalah langkahannya.


Paling utama adalah guru yang harus melakukan refleksi diri. Menyadari apa tugas dari profesinya. Guru dituntut tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik, mengasuh dan membentuk karakter diri siswa.

Guru mengajar di kelas sma
Guru mencari kesalahan mengajar

Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan welas asih. Tidak melulu tentang hukuman karena kesalahan tapi ketika ada prestasi, reward tak pernah dilancarkan.

Guru sebagai peran utama yang menciptakan adanya rasa membutuhkan dari siswa. Perasaan butuh akan muncul karena ada rasa nyaman dan tenang. Jika suasana sekolah seperti dalam penjara, apa mungkin ada rasa membutuhkan. Malah rasa yang tertanam adalah rasa terbebani, terkekang dan terpaksa.

Hal ini sebenarnya sedang saya pelajari. Mencari bagaimana cara memperoleh hubungan saling membutuhkan. Agar sekat antara guru dan siswa tidak semakin menebal. Bukan sekedar mengajar, selesai lalu pulang. Tapi juga bukan berarti terlalu ikut campur terlalu dalam di kehidupannya.

Memilih sabar dalam sikap tegas menghadapi anak yang menggemaskan (baca: kemeplak, kemampleng dan njemotos). Dibanding memperlihatkan kemarahan yang meluap.

Guru yang diberi wewenang untuk mendidik oleh orang tua harus bekerja sama satu sama lain. Melaporkan perkembangan anak kepada orang tua atau wali selama di sekolah. 

Siswa harus menyadari bahwa dirinya sebagai anak dan pelajar


Setelah guru mampu menempatkan tugasnya dengan baik. Maka siswa akan tahu batas dan sikap yang bagaimana ia harus tanamkan.

Siswa tidur di dalam kelas saat belajar
Siswa mengetahui kapasitasnya 

Selama seseorang berproses di sekolah, ia memiliki dua peran dalam hidupnya. Sebagai anak dan sebagai pelajar. Ia perlu menyadari bahwa dirinya harus menjalani peran keduanya dalam satu waktu. 

Bukan hanya di rumah ia berperan sebagai anak, di sekolahpun sama. Menjadi seorang anak yang diatur dalam seperangkat peraturan sekolah yang wajib ia taati. Peraturan dibuat untuk ditaati bukan dilanggar seperti guyonan yang sering diterapkan selama ini.

Sebagai seorang pelajar ia harus menjaga sikapnya di dalam maupun di luar sekolah. Ia harus mencerminkan sikap intelektual pada masyarakat. Sehingga rasa saling menghargai satu sama lain akan tertanam dalam dirinya. Hingga akhirnya terbiasa dan diterapkan terus menerus setelah ia lulus dari studi formal.

Semua itu tidak lepas dari peran guru di sekolah. Siswa harus memiliki rasa memiliki dan membutuhkan dukungan guru selama studi. Tempatkan guru sebagai orang tua kedua agar sekat tidak terlalu renggang tapi tetap ada batasan.

Tidak semua anak di jaman ini yang kehilangan sopan santunnya. Tapi juga tidak sedikit anak yang mencerminkan kemunduran dari sikap terpuji ini. Mereka terlihat sedang mencari perhatian lebih dengan melakukan hal yang semaunya sendiri. Maka sebaiknya beri perhatian lebih pada anak tipe ini.

Peran orang tua sebagai pendorong semangat anak bersekolah harus mendukung kedua belah pihak


Orang tua membutuhkan bantuan guru dalam proses belajar di sekolah. Tidak cukup hanya berpatokan pada, "Saya sudah bayar mahal untuk sekolah anak." Lalu menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada sekolah.

Orang tua harus terus memantau perkembangan anak selama menjalani studi. Perkembangan dan ketertinggalan pada proses belajar anak harus dipahami.

Memposisikan diri sebagai orang yang adil dalam menyikapi setiap hal yang terjadi. Menjembatani antara anak dan pihak sekolah.

Bila anak didapati mengalami masalah sulit di sekolah, orang tua harus tahu betul akar masalahnya. Lalu mengkomunikasikan dengan pihak sekolah. Sehingga diperoleh solusi untuk menyelamatkan anak dari masalah yang makin parah.

Rel kereta api ayah dan anak bergandengan tangan
Orang tua menjembatani siswa dan guru

Agar mudah mengetahui hal sulit yang sedang dihadapi anak, tentu orang tua juga harus menjadi teman baiknya. Dengan demikian anak akan leluasa mengutarakan beban yang sedang ditanggungnya. Mengenali anaknya dengan baik maka bila ada perubahan tingkah laku dari anak, akan segera dideteksi dan diketahui penyebabnya.

***
Susah-susah gampang sebenarnya tugas mendidik. Baik mendidik diri sendiri, anak ataupun siswa. Hal yang masih terus harus dipelajari.  Perlu masukan dari pengalaman guru senior juga.

Memulai dengan menyadari dan menempatkan tugas dan kewajibannya dengan baik. Serta mengkombinasikan semua peran dalam komposisi yang adil. 

Sudah terlanjur ada dinding pemisah antara siswa dan guru. Kadang dinding tersebut merubah pandangan keduanya. Menempatkan posisi sebagai polisi dan buronan. Sehingga guru dilihat sebagai orang yang perlu diwaspadai siswa.

Harapan tentu saja tidak ingin ada lagi cerita-cerita tragis dalam dunia pendidikan. Hanya terdengar cerita tentang prestasi-prestasi anak bangsa yang tersebar di berita. Moral dan sopan santun yang selalu tersemat pada setiap diri generasi-generasi muda.

Bila jiwa dan sikap yang cerdas sudah melekat pasti akan menjauhkan diri dari hal merugikan. Ada cerita bandel pun, masih dalam batas wajar. Sehingga cerita saat sekolah akan selalu terkenang indah dalam memori. Kemudian dengan bahagia, diceritakan pada anak dan cucu penerus nanti. Lalu diterapkan dengan bijak saat periodenya bergulir berdasarkan pengalaman dari tetuanya. Bukankah begitu? (^_^,)9

84 komentar untuk "Kombinasi Antara Kesadaran Peran dari Guru, Siswa dan Orang Tua dalam Pendidikan"

  1. sangat menarik sis saya sudah 17 tahun mengajar tetap masih banyak sekali kekurangan pada diri saya saya perlu belajar dari tulisan anda ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luar biasa lama banget mang. Harus berguru kiat2 mengajarnya dong saya 😂

      Hapus
    2. boleh sis kita saling sharing pengalaman

      Hapus
    3. Apalagi saya, aduh masih banyak kekurangtahuannya.

      Hapus
  2. Jadi Guru adalah profesi yg mulia.... apalagi gurunya cantik pasti anak murid jadi betah belajarnya dan ngotot utk belajar private.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini mah kalo yang jadi muridnya kang nata sama saya ,wkwk

      Hapus
    2. aku juga mau jadi murid blog ama kungfu juga

      Hapus
    3. Wah saya juga mau ikut daftar jadi muridnya lah. Masih boleh kan 😂

      Hapus
    4. bener kang jadi betah mereka

      Hapus
    5. mau Dong ikut private.. he..he

      Hapus
    6. Udah penuh masandi,ga bisa lg 😂

      Hapus
    7. klu udah penuh.... berangkattttt!!

      mas2 diatas and mbak Anggun lucu bngtz komenttya.... niat bngtz guyonnya...hahaha. :)

      Hapus
  3. Bener banget ini mba ,antara guru - ibu dan anak emang harus saling memahami terutama sang ibu dan guru agar anaknya lebih cerdas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah mayuf.. Harus berkolaborasi dg baik demi kemajuan pendidikan anak 😊

      Hapus
  4. Darahku terbersit membaca penggalan lagu itu, apalagi teringat kasus pak guru Budi. Rasanya tersayat hati ini.

    Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Kerjanya mungkin setengah hari, tapi seorang guru pun harus terus belajar hingga harus begadang dan tak punya waktu untuk mengurus diri sendiri.

    Semangat, mba Anggun. Saya yakin mba Anggun adalah guru yang baik, yang dicintai murid-muridnya juga dihargai oleh orangtua muridnya.

    Btw, saya baru liat nih ada yang baru di sini. Semakin cantik saja seperti pemiliknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedih mbak kalau ingat kisah guru yg seperti itu :(

      Iya mbak. Memang resiko pekerjaan harus seperti itu adanya

      Amiiin semoga benar2 bisa demikian mbak ima :)

      hehe iya mbak ima. Ada yg baru biar fresh. Mau panggil afika ga? 😂

      Hapus
    2. makanya jadi guru sekarang harus punya 3 ijazah sola , ijazah pendidikan untuk mengajar, ijazah hukum untuk melawan kalau guru dituntut orang tua siswa dan juga ijazah kungfu kalau dikeroyok siswa ama orang tuanya

      Hapus
    3. dan saya baru punya 1 jenis ijazah dari ketiganya itu.. Satu? Mana cukup... 😂😂

      Hapus
    4. Arere...
      Mai-mai'di pai tia a?

      Eh, maaf. Jadi bahasa planet deh, hehehe

      Hapus
  5. anak saya kalau ditanya mau jadi apa, jawabnya mau jadi guru alasannya ga ada presiden kalau ga ada guru.
    di SD tempat anak saya, orang tua juga sering diundang mwngundang narasumber intinya orang tua juga berperan serta, jangan hanya mengandalkan guru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 😂
      Masih SD ya mas? Biasanya klo SD tuh cita2nya dokter klo ga polisi. Jarang yg mau jadi guru loh. Luar biasa anaknya nih hehe

      Perhatian dari pihak sekolah baik brati mas. Mengajak kerjasama orang tua juga dalam pendidikan anak

      Hapus
  6. mendidik murid, tanggung jawab semua lini. tak hanya guru. zaman sekarang, guru tak bisa disalahkan atas kenakalan remaja.
    ortu nya harus ikut membantu peran guru, ketika berada dirumah.
    semoga mbak nanti bisa menjadi ibu dan guru yang baik. untuk anak anak dan anak didiknya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas fajar. Kalau semua dilimpahkan ke guru sangat tidak benar. Padahal tanggung jawab guru kan bukan hanya pada 1 siswa.

      Amiin mas,terimakasih doanya. Harapan saya begitu :)

      Hapus
  7. Menjadi tenaga pendidik di daerah yg kekerasan adalah suatu hal yg umum baik dilingkungan/keluarga menjadi tantangan tersendiri...dan itu pernah dialami sndiri, doubel kesabaran, telaten dan perlu waktu yg tidak sebentar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah saya perlu belajar ini dari masternya. Berdasarkan pengalaman pasti mudah diterapkan langsung nantinya 😀

      Hapus
  8. Kalau gurunya imut dan sederhana alus nggak neko neko.? saya mau ah jadi muridnya...sumpah ngak bohong, saya janji bakal jadi murid yang nurut nggak nakal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh.. Sampe sumpah dan janji. Yakin banget pasti ini. Tinggal cari guru sempurnanya dg tipe seperti itu 😂

      Hapus
  9. jaman sekarang udah beda. titik.
    maksudnya cara mengajar/metode orang tua saya dulu. sangant berbeda dg orang tua jaman sekarang.
    orang tuaq ngajarin saya begitu keras. tidak ada kompromi klo soal belajar.. terlebih belajar ilmu agama.

    jika disekolah. guru saya menghukum saya sampai menempeleng kepala saya. orangtua saya datang kesekolah, kemudian berterima kasih kepada guru saya karena sudah menghukum saya.
    setelah saya gede.. saya sadar. apa yg dilakukan orang tua saya itu bener.
    mending di tempeleng guru sekarang daripada di tempeleng masyarakat nanti.

    kalo orang tua jaman sekarnag mah endak.. anakx ditempeleng guru, bapakx datang nempeleng balik itu guru.. ujung2x berakhir di meja hijau. contoh kasus banyak.

    --------
    mumpung minggu.. mampir kesini.. ngajakin nonton...
    ayuk april...
    sambail kita sharing seputar orang tua..

    orang tua kita.. siapa tahu besanan.. #EH

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaman dulu guru dianggap orang yg sangat penting dan dibutuhkan jun. Klo sekarang kan guru banyak dan ga terlalu penting kayaknya. Sekolah cuma yang penting bayar aja.

      Didikan keras malah tahan banting hasilnya. Anak sekarang manja2,dicubit dikit aja lapor sambil mewek2.

      ...
      Jadi klo ga minggu ga bakal kesini. Gitu kan jun? -_-

      Haha.. waini modus jomblo ini. Ditebar dimana2 😂😂

      Hapus
    2. Ehm... cie cie...
      Saya ikut dong! Nggap pa-pa jadi obat nyamuk aja.
      Juni April, cocok.

      Hapus
    3. alhamdulillah ada yg nge-vote..^^ maksih lho ima...
      akan ku kenang vote mu sampai akhir ujung hayatq,, ahahay..

      juni april memang cocok y ima.. moga g ada "mei" diantara april n juni ya.. #EH
      :D

      Hapus
    4. Hahahaha....
      Buruan, Jun!
      Bukan hanya dirimu lho yang suka sama bu guru cantik ini.

      Hapus
    5. wahhh.. ima, bikin down nih.. ^^

      Hapus
  10. Ada banyak yang mulia termasuk Profesi guru tinggal niatnya toh Allah tidak pernah tidur
    Kombinasi Antara Kesadaran Peran Dari Guru, Siswa Dan Orang Tua Dalam Pendidikan untuk menghasilkan generasi muda yang cerdas dan berakhlak in syaa Allah akan tercapai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak may 😊

      Amiiin semoga semua peran selalu sadar dengan komposisi tugasnya masing2

      Hapus
    2. Guru sudah ada porsinya dalam dunia pendidikan dan orang tua punya peranan yang dominan pastinya
      kolaborasi keduanya sudah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan

      Hapus
  11. Dunia pendidikan selalu mengundang reaksi, baik itu reaksi terpuji atau malah reaksi negatif. Miris ih dengan kejadian guru meninggal dianiaya murid. Kadang bungung sih ya, anak2 sekarang ditegur sedikit malah mereka yang berasa jadi gurunya. Duh, berdoa deh semoga Allah lebihkan sabar dan rejekki serta keselamatan buat para guru di Indonesia. Amiin 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak septi. Malah makin banyak yg muncul berita2 yg negatifnya akhir2 ini

      Amiin semoga selalu dilindungi dan diberkahi pekerjaannya ya mbak.

      Hapus
  12. Sepakat dengan pendapat ibunya mbak. Seringkali ketika dinas, terus temen dinas saya udah nikah dan punya anak, nggak jarang dia curhat kalo anaknya lagi sakit dirumah. Nggak jarang juga lagi curhat dia menitikkan air mata...

    Tapi ya mau bagaimana lagi, mau ndak mau harus ninggalin anak dan suami, walau sakit sekalipun demi tugas di rumah sakit...

    Namun ya itulah tenaga kesehatan ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. :( pasti galau banget kalau udah urusan keluarga gitu ya mas. Tapi ya resiko pekerjaannya seperti itu ya
      Semua profesi pasti ada konsekuensinya masing2. Yg penting niatnya ibadah biar berkah kerjanya 😊

      Hapus
  13. Betul banget mbaaak! Guru memang seperti orang tua kedua dari si anak di sekolah. Terbentuknya karakter anak seperti apa juga bisa dibentuk dari sang guru karena selalu bertemu setiap harinya dan sudah menjadi seperti rumah bagi kehidupan si anak setiap harinya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kerja keras gurunya akan sampai pada tujuannya kalau siswanya mau menerima dg baik kan 😊

      Hapus
  14. Yang namanya menjadi guru itu emnk susah bngat.Tapi orang tua sekarang kebanyakn membela anaknya sehingga bnyk kasus guru di salahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah.. Entah kenapa kasusnya bisa mirip2 seperti itu yg muncul sekarang. Mudah2an nanti kalau sudah jadi ortu bisa adil menyikapi masalah anak 😊

      Hapus
  15. Mbak, Bapakku guru, jadi tiap kakakku lulus SMA-perempuan semua, diarahkan juga masuk IKIP (waktu itu). Akhirnya 4 jadi guru semua. Cuma kakak di atasku dan aku yang enggak mau dan masuk ke fakultas lainnya. Ternyata, bener juga, yang empat semua tetap jadi guru, sedangkan kami berdua yang kerja swasta setelah nikah jadi di rumah..kkwkwk

    Ulasannya menarik, yang ada sekarang ortu lepas pas begitu saja pada guru, tapi giliran anak-anak kenapa-kenapa gurunya yang disalahkan. huh apa-apaan #ikutemosi

    BalasHapus
    Balasan
    1. 6 bersaudara ya mbak brati? 😊
      Jadi ibu rumah tangga jg pekerjaan berat mbak. Salah satunya jg jadi guru buat anak2nya. Semangat mbak dian

      Sabar mbak dian sabar,semoga mbak dian jd ibu yg adil untuk mendidik anaknya 😊

      Hapus
  16. Dulu pas sekolah ga berpikir mau jadi guru, kuliah masuk di BK., Dan blm berjodoh dengan kerjaan..
    Pengalaman mba e bisa menambah wawasan saya untuk kedepannya,
    Lebih siap lagi bila nanti ada panggilan disekolah tidak kaget.
    Apalagi guru bk, yg selalu di posisikan jahat di mata siswa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga nanti setelah benar2 jd guru tidak kaget. Kisahnya beda banget sama materi kuliah. Jd memang perlu jam terbang tinggi buat sabar menghadapi aneka sifat murid2
      Apalagi bk yg sering untuk konsultasi dan punya citra horor buat anak2

      Hapus
  17. Sepuluh tahun saya juga pernah mengajar sebagai honorer. Aduh gaji kecil sedangkan kebutuhan hidup lumayan tinggi. Guru harus dituntut ini dan itu, tapi guru juga harus memikirkan bagaimana caranya agar dapur tetap ngebul. ah pening. Yang jelas, sekarang karakter dimasyarakat kita mudah tersinggung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dibandingkan dg gaji memang ga akan sebanding mas. Saya paham banget kalau gaji honorer,buat piknik itu nyisihkannya perlu banyak pertimbangan 😂
      Tapi kalau sudah 10 th gitu bukannya banyak jg dapat tunjangannya mas?

      Hapus
  18. sekarang sudah masuk dengan kemauan jaman yang diiringi dengan sebuah teknologi yang maju dan ternyata sekarang sudah beda pada waktu saya sekolah, dulu kalau ketemu salah seorang guru yang dihormati merasa takut, dan sekarang beda lagi, dan sekarang ada berita siswa yang menganiaya gurunya...miris sekali memang.... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas. Walaupun ga semuanya anak begitu tapi peristiwa seperti itu tidak seharusnya terjadi.
      Sangat disayangkan sekali

      Hapus
  19. Setuju mba, saya percaya pendidikan seutuhnya itu berasal dari keluarga. Pendidikan formal hanyalah pihak ketiga yang membntu rangkaian pendidikan anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Didikan pertama berasal dari keluarga. Keluarga yg seharusnya paling tau dan bisa memahami anaknya. jadi kalau sewaktu2 terjadi sesuatu dg anak, ortu yg mampu menerapkan langkah adil untuk anak

      Hapus
  20. awal mula pendidikan ya berasal dari keluarga, setelah itu ke anggota keluarga, lingkungan
    setelah agak besar, sekolah di TK, itu memang benar adanya
    Guru memang sosok yang tiada tara bagi pendidikan di seluruh dunia ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas. Semua pendidikan berawal dari keluarga. Setelah sekolah ia dapat pendidikan baru dg bersosialisasi dan dipandu guru.

      Hapus
  21. Semua memang harus berperan dalam dunia pendidikan anak
    tidak harus semua dari sekolah
    di rumahpun orang tua tetap mengajarkan norma-norma pada anak
    kalo melihat dunia pendidikan di indonesia sekarang agak sdikit meresahkan y
    dari siswa yg sudah tidak ada rasa hormat lagi kepada guru, ada guru yg sudah PNS menganggap ngajar sekedar saja, memberikan catatan lalu di tinggal saja. Orang tua juga masa bodo dengan sekolah anak, giliran ada masalah menyalahkan pihak sekolah.

    jdi semua berperan penting, dan tentunya pemerintah juga ambil bagian dalam ini. Menyejahterakan para guru, membatasi konten2 atau acara di telivisi yg tidak bermanfaat.

    semoga pendidikan kedepannya mampu menjadi lebih baik lagi dan SDM indonesia mampu bersaing. Jangan jadi kacung di negeri sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya seperti itu mas tama. Semuanya harus sadar dg tugas masing2 dan adil dalam menyikapi masalah yg muncul.
      Kalau semuanya bisa saling bekerja sama dan menghargai pasti lebih mudah berinteraksi dalam proses belajar di sekolah

      Hapus
  22. Saya jadi pengen jadi guru buat sesama dan menerapkan tips ini mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan dicoba mas,saya tidak berani melarang 😁

      Hapus
  23. Pendidikan berawal dari keluarga, bagaimana cara keluarga mendidik itulah yg akan di bawa nanti saat mengeyam pendidikan di luar sana. makanya ada istilah murid bandel dan murid baik.

    memang banyak hal yg ga sesuai ekspektasi. entah kita yg terlalu banyak berharap atau apa ya. entah aja deh ya Bu guru.. hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah mbak nia. Masih entah ini. Saya jg masih banyak belajar dari senior2 cara menakhlukan anak2 menggemaskan itu 😂

      Hapus
  24. Yang jadi guru itu orang yang kuat
    Kuat menerima pahit dan sabar menghadapi siswa2 jaman now
    Bu guru ajarin aku dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan kuat angkat galon ke dispenser jg ya 😁

      Ya boleh diajarin. Angkat galon kan 😂

      Hapus
  25. Dengan demikian, tujuan pendidikan lebih mudah untuk dicapai ya, Mbak.

    BalasHapus
  26. Aiiiiih.... Belum ada post baru.
    .ya.. Hemmm pasti adminya lagi mengajar nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada yang lagi nunggui yang baru juga toh. mungkin lagi sibuk bikin les private.

      Hapus
    2. Haha .. Iya nih belum ada yg baru yaa.. Masih bikin privat murid2 baru di komen atas 😂😂😂

      Hapus
  27. Iya beneeeer, kalo guru kan jam kerjanya paling cuma sampe jam 2 yaaaa. Hihihi. Jadi nggak 9-5 kaya orang kantoran biasa, lebih banyak punya waktu ngurus anak-anak kan jadinya.. Hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe ya tadiny cuma gitu aja mbak. Nggak taunya tanggung jawabnya besar jg. Tugas2 lain pun banyak pke banget 😁

      Hapus
  28. Guru pahlawan tanpa tanda jasa, itu patut untuk mereka. tanpa guru mau jadi apa dunia ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teorinya begitu mas. Tapi kadang pas praktek lupa 😊

      Hapus
  29. Dulu saya juga dengar kalau jadi guru itu enak karena punya banyak waktu luang, setelah jadi guru malah kerjanya jauh lebih berat daripada kantoran. Saya berangkat jam 5 pagi sampai rumah jam 5 sore, liburan banyak dibuat kegiatan untuk pemenuhan untuk syarat administrasi. Serasa saya di PHP orang jaman dulu, hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pagi banget mbak? Apa sekolahnya jauh?

      Hehe sabar ya mbak. Yg penting menjalaninya ikhlas,biar seneng rasanya :)

      Hapus
  30. Bener bgt ni. Orangtua sebelum didik anak terlebih dulu harus didik dirinya sendiri 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. Selalu didik dirinya sendiri sampe kapanpun ya mbak april 😊

      Hapus
  31. Menjadi blogger kita juga bisa menjadi guru, berbagi ilmu secara luas. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudah2an konten yang dibuat selalu bermanfaat ya mas

      Hapus
  32. menjadi pengajar saat ini tantangannya lebih berat..

    BalasHapus
  33. meski tantangan berat dan semakin kompleks tugasnya tapi guru adalah sebuah tugas mulia yang tidak semua orang bisa melaksanakannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga berpendapat begitu mang. Tidak semua orang bisa menyampaikan ilmunya dengan baik soalnya.

      Hapus