Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

My Wedding

Major Of Puzzle


"Lumrah dan wajar adalah alasan yang tepat bila air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Karena ketika air merambat ke atas maka akan disebut aneh.
Hujanpun adalah air. Tanpa kenangan hujan hanya akan berakhir menjadi genangan. Tanpa kisah hujan hanya akan disebut basah"
"Bukan hujan bila tak jatuh sebagai bulir air ke tanah. Tak ada gunanya memaksa ia bergerak ke arah sebaliknya. Bisapun, itu bukan lagi disebut hujan"
"Jangan memaksa jika itu tak wajar. Karena hal yang dipercaya adalah ketika itu lumrah. Penolakan hanya akan memasukan jiwamu ke dalam labirin kaca yang kau bangun dalam kepalamu"

Itu yang aku bicarakan pada diriku dalam kesendirian. Kadang aku tak berani melihat dalam-dalam ke arah cermin. Kualihkan pandanganku ke arah dinding dingin yang memantulkan bayang hitamku. Ketika bayang hitam terlintas dalam pikiran, batinku menangis. Mulai aku berbicara padanya tapi ada yang tak tersampaikan oleh lidahku. Bukan sekedar aku disana. Sebenarnya aku hanya cukup belajar merasa cukup agar aku tak selalu merasa tamak atas apapun. Tapi mungkin karena potongan-potongan puzzle masih berserakan tak beraturan otakku jadi kebingungan.

Heater. Hujan berhasil mengenalkanku pada sebuah peran. Peran pelawan dingin namun menjadi penusuk pengoyak sendi yang menancap jahat tanpa luka. Aku pernah menjadi bahan penuh makian, sehingga saat ini disebut telah.

Teacher. Digugu dan ditiru bukan aku. Aku masih keliru. Berjalanpun aku masih terseok, tersandung dan terjungkal. Apalagi memandu, aku rasa aku akan malu. Jangan pandang aku begitu ketika terlihat begitu pilu. Aku tau siapa aku.

Cheater. It's me. Jangan ragukan bahwa itu aku. Dunia diam bukan berarti membelaku tapi dunia hanya seperti tak mau aku terlihat malu.

Sweetest. Aku selalu sibuk mengecap rasa manis dengan riang gembira. Benar, aku pernah tertawa. Gila abaikan logika, lupakan aturan, hilangkan suara yang berbisik. Sampai aku lupa mengembalikan apa yang aku pinjam.

Mars. Bukan lingkaran, bukan sebuah dunia atau benda. Ia adalah suara pelantun nada perogoh jantung rasa. Hanya hari di tengah seminggu dalam senja arti dibaliknya. Arti bayang hitam yang berguna untuk berkaca.

Banned. Begitulah semua sehingga menjadi akhir. Tampak hanya seperti siluet. Tak apa setidaknya aku tidak menghilang. Aku terbuang atau aku membuang diriku intinya disini aku sekarang. Hina untuk sebagian pasang mata. Jauh yang begitu dekat, dekat tapi tak tersentuh. Ada tapi semu. Seperti kepulan asap yang seakan menari padahal sedang menggeliat kesakitan.

Aku terlalu buruk untuk memaki. Cukup aku mengerti begitu hinanya aku. Aku tau diri. Aku akan berhenti ketika sorot lampu tak memantulkan cahaya ke pupilku lagi.

8 komentar untuk "Major Of Puzzle"

  1. Bagus banget. Ajarin aku membuat kata-kata seperti itu.

    BalasHapus
  2. Aliran kata-katanya, suka bangat,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iya kah? Harus bangga karena masternya kata2 baper menyukai ini 😀

      Hapus
  3. Hanyut kedalam tulisan, bisa gitu ya nulis teratur kata2 nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perlu pertolongan ga mas tama? Hanyutnya udah sampe mana lg ni 😂😂
      Terimakasih komentarnya. :)

      Hapus
  4. speechless , nggak ngerti mau komentar apa kalau postingannya serancak ini , secara aku tahunya cuma nulis resep sis

    BalasHapus
    Balasan
    1. 😂
      Saya malah seneng bacanya mang. Serasa kulineran klo main ke blognya. Beberapa pernah dipraktekkan resepnya hehe

      Hapus