Pasar Triwindu Sore Hari
Pergi ke pasar dalam benak kita pasti langsung terbayang membeli baju-baju model terbaru, sepatu, keperluan sehari-hari atau obralaaann.. waaaawwww...
Tapi bagaimana kalau pergi ke pasarnya adalah pasar barang antik? Beda ceritanya tentu. Beberapa waktu lalu saya mengunjungi Pasar Triwindu yang berada di jalan Diponegoro, Keprabon, Banjarsari, Solo, Jawa tengah.
Pasar ini merupakan pasar yang khusus memamerkan barang-barang antik. Pasar mulai buka pada pukul 09.00 sampai 16.00 WIB. Begitu tiba di pelataran parkir, langsung disuguhkan bangunan dengan arsitektur khas jawa. Atap limasan yang memayungi bangunan tersebut membuat pasar ini menjadi semakin menarik untuk disinggahi.
Bagian dalam pasar terdiri dari kios-kios seperti pasar pada umumnya, berjejer dan berhadap-hadapan hanya dipisahkan oleh lorong-lorong sebagai sarana untuk melintas. Saat melintasi lorong-lorong tersebut suasana mistis terasa. Mungkin karena saya mengunjungi pasar yang menjadi salah satu trademark kota Solo ini saat keadaan pasar mulai sepi. Ketika tiba disana juga pada jam nyaris tutup sehingga hanya terlihat pemilik kios-kios di dalam pasar mulai bersiap-siap untuk pulang. Suasana yang gelap karena cuaca yang mendung dan sedikit gerimis juga mungkin menjadi faktor lainnya. Walaupun begitu saya tetap tenang karena saya tidak sendiri melainkan bersama pria gagah dengan tinggi badan lebih dari 170cm, Akang zuki namanya. Saya merasa aman walaupun dalam suasana yang sedikit horor. Hehe.
Pasar ini merupakan pasar yang khusus memamerkan barang-barang antik. Pasar mulai buka pada pukul 09.00 sampai 16.00 WIB. Begitu tiba di pelataran parkir, langsung disuguhkan bangunan dengan arsitektur khas jawa. Atap limasan yang memayungi bangunan tersebut membuat pasar ini menjadi semakin menarik untuk disinggahi.
Bagian dalam pasar terdiri dari kios-kios seperti pasar pada umumnya, berjejer dan berhadap-hadapan hanya dipisahkan oleh lorong-lorong sebagai sarana untuk melintas. Saat melintasi lorong-lorong tersebut suasana mistis terasa. Mungkin karena saya mengunjungi pasar yang menjadi salah satu trademark kota Solo ini saat keadaan pasar mulai sepi. Ketika tiba disana juga pada jam nyaris tutup sehingga hanya terlihat pemilik kios-kios di dalam pasar mulai bersiap-siap untuk pulang. Suasana yang gelap karena cuaca yang mendung dan sedikit gerimis juga mungkin menjadi faktor lainnya. Walaupun begitu saya tetap tenang karena saya tidak sendiri melainkan bersama pria gagah dengan tinggi badan lebih dari 170cm, Akang zuki namanya. Saya merasa aman walaupun dalam suasana yang sedikit horor. Hehe.
Ini merupakan kali pertama kunjungan kang zuki menyambangi kota Bengawan. Walaupun lebih dulu menjadi penghuni kota solo saya lebih suka disebut partner jalan-jalan karena untuk disebut guide saya sangat tidak cocok, nggak hafal jalan :(
Tujuan kami pergi ke pasar ini adalah karena sama-sama penasaran, bukan karena salah pasar cari obralan. Keadaan yang sepi itu kami jadikan kesempatan yang bagus untuk mengabadikan kunjungan kami dan sangat menguntungkan untuk mendapatkan jepretan yang bagus.
Pedagang memperoleh barang dagangannya biasanya dari keluarga yang masih keturunan ningrat. Barang juga bisa diperoleh dari mantan abdi dalem kerajaan yang karena alasan membutuhkan dana dan tidak tahu pasaran harga sehingga barang dibeli dengan harga yang murah tapi kemudian dijual kembali dengan harga selangit di pasar.
Ketersediaan barang kuno semakin sedikit dan sulit diperoleh sehingga para pedagang berinisiatif untuk membuat barang tiruan dengan mencontoh barang yang asli. Sebab itulah barang yang dijajakan disana ada yang produksi baru dan ada juga yang memang barang kuno. Untuk membeli barang-barang di pasar ini harus berhati-hati karena bila tidak bisa membedakan mana barang yang benar-benar antik menurut umurnya maka kita akan merasa ditipu. Harga barang dipasar ini ditawarkan cukup mahal, jadi jangan sungkan-sungkan untuk menawar separuh harga hingga disepakati harga yang cocok.
Beberapa barang pernah saya lihat namun sudah lama tak menjumpainya lagi seperti piring dan gelas berbahan seng, kaleng krupuk dan setrika arang pernah saya lihat bahkan menggunakannya. Banyak barang lain yang baru pertama kalinya saya lihat disini seperti koin kuno, hiasan-hiasan dinding unik, lampu dan meja hingga patung-patung batu.
Ketersediaan barang kuno semakin sedikit dan sulit diperoleh sehingga para pedagang berinisiatif untuk membuat barang tiruan dengan mencontoh barang yang asli. Sebab itulah barang yang dijajakan disana ada yang produksi baru dan ada juga yang memang barang kuno. Untuk membeli barang-barang di pasar ini harus berhati-hati karena bila tidak bisa membedakan mana barang yang benar-benar antik menurut umurnya maka kita akan merasa ditipu. Harga barang dipasar ini ditawarkan cukup mahal, jadi jangan sungkan-sungkan untuk menawar separuh harga hingga disepakati harga yang cocok.
Beberapa barang pernah saya lihat namun sudah lama tak menjumpainya lagi seperti piring dan gelas berbahan seng, kaleng krupuk dan setrika arang pernah saya lihat bahkan menggunakannya. Banyak barang lain yang baru pertama kalinya saya lihat disini seperti koin kuno, hiasan-hiasan dinding unik, lampu dan meja hingga patung-patung batu.
Pasar yang menjajakan barang-barang antik ini memang cocok untuk disinggahi pelancong yang mengunjungi kota budaya ini, seperti akang Zuki inilah.
Jalan-jalan sore di kota Solo lebih menyenangkan dengan orang yang seru di tempat yang menarik. Ceritanya menjadi unik dan berbeda. Jangan lupa masukan dalam daftar kunjungan anda di Solo, Pasar Triwindu. Happy Always (^.^,).
Jalan-jalan sore di kota Solo lebih menyenangkan dengan orang yang seru di tempat yang menarik. Ceritanya menjadi unik dan berbeda. Jangan lupa masukan dalam daftar kunjungan anda di Solo, Pasar Triwindu. Happy Always (^.^,).
Posting Komentar untuk "Pasar Triwindu Sore Hari"